REP | Senin, 18 Maret 2013 | 06:41 WIB

Sumber: Jejak kaki di Cemoro Lawang
Siang
itu aku tiba di Cemoro Lawang. Dari tempat ini kulayangkan mataku jauh
ke depan sana. Lautan pasir luas terhampar yang berujung pada dua buah
gunung, Batok di sebelah kanan dan Bromo di sebelah kiri. Aku biarkan
mataku berlama-lama memandang keindahan yang terpampang di depanku. Dan
tak lupa kutitipkan jejak kakiku di Cemoro Lawang yang dingin ini.
---
Berawal
dari sebuah tiket promo dari sebuah maskapai penerbangan yang aku beli
tahun 2012 lalu dengan harga 60 ribu rupiah untuk tujuan Jakarta –
Surabaya pulang pergi, aku pun memanfaatkannya untuk mendatangi
destinasi wisata di Jawa Timur. Semula aku merencanakan untuk pergi ke
Pulau Bawean di Laut Jawa yang berada dalam wilayah Gresik. Namun karena
informasi yang aku dapatkan tentang pulau tersebut masih minim, aku pun
mengalihkan tujuan ke Bromo.
Senin malam, 11 Maret 2013 aku berkemas-kemas untuk keberangkatan pesawat Selasa subuh. Sebuah informasi yang kubaca dari Kompas
memberitakan bahwa jalur ke Bromo dari arah Wonokitri, Pasuruan ditutup
sehubungan peringatan Nyepi. Aku pun sempat bimbang, apakah akan tetap
ke Bromo atau mengalihkan tujuan ke tempat lain. Aku putuskan tetap ke
Bromo melalui jalur Probolinggo, dengan berharapjalur tersebut tetap dibuka.
Selasa
dini hari, aku mengendarai sepeda motor dari Tangerang menuju Bandara
Soekarno Hatta (yang sebenarnya juga masih masuk wilayah Tangerang). Jam
01.40 aku tiba di bandara dan tidur sebentar di bangku yang ada di
beranda Terminal 3 sambil menunggu pintu check in dibuka. Tampak
beberapa calon penumpang lain juga sedang menunggu saat itu. Penerbangan
Mandala dari Jakarta – Surabaya jam 04.15 adalah yang paling awal dari
seluruh penerbangan semua maskapai yang diberangkatkan dari Terminal 3.
Setelah
check in dan menunggu beberapa saat, maka sekitar jam 04.15 pesawat pun
berangkat. Aku manfaatkan waktu yang ada untuk tidur kembali di dalam
pesawat. Dan beberapa menit sebelum sampai di Juanda, aku terbangun. Aku
lihat ke luar jendela, hari sudah mulai pagi. Aku ambil kamera dan
kubidikkan menuju barisan pegunungan dengan cahaya fajar yang sudah
bersinar. Dan sekitar jam 05.30, pesawat pun mendarat di Juanda,
Surabaya.

Sumber: Perjalanan menuju Surabaya
Dari
Juanda aku naik bus Damri menuju terminal Bungurasih, dan dilanjutkan
dengan bus jurusan Banyuwangi untuk turun di terminal Bayuangga di
Porbolinggo. Jam 9 pagi bus tiba di terminal Probolinggo. Setelah
menunggu hampir sejam, dari Probolinggo perjalanan dilanjutkan dengan
mobil carter yang dinamakan Bison menuju Cemoro Lawang. Sempat aku
bertanya kepada sopir, apakah jalur ke Bromo ditutup hari itu dan ia
menjawab jalur dari Probolinggo tetap dibuka. Jam 11 siang aku tiba di
Cemoro Lawang dan selanjutnya dengan bantuan sopir Bison mencari
penginapan yang ada di tempat tersebut.
Setelah
menitipkan tas di penginapan di Cemoro Lawang, aku pun berjalan kaki
melihat pemandangan di sekitar tempat tersebut. Kebetulan memang dari
siang sampai malam adalah acara bebas, karena berangkat ke Pananjakan
dan Bromo baru akan dilakukan keesokan harinya. Di salah tempat di
Cemoro Lawang siang itu, aku pun menemukan pemandangan yang menakjubkan.Aku
melihat lautan pasir luas terhampar yang kemudian berujung pada dua
buah gunung, Batok di sebelah kanan dan Bromo di sebelah kiri. Wow,
indah sekali.

Sumber: Penginapan di Cemoro Lawang

Sumber: Gunung Bromo dan Batok di kejauhan sana

Sumber: Narsis dulu ah ...
Keesokan
harinya, Rabu jam 4 pagi aku dan beberapa orang lainnya berangkat
menuju Pananjakan untuk melihat sunrise. Udara sangat dingin saat itu,
sampai-sampai aku harus mengenakan baju rangkap dua dan ditambah jaket
rangkap tiga. Berangkat dengan jeep, dan tiba di Pananjakan sekitar jam
04.30. Setelah menunggu beberapa saat di tengah suhu udara yang membuat
tubuh menggigil, akhirnya aku pun menyaksikan indahnya matahari terbit
dari Pananjakan. Saat hari mulai terang, aku bisa menyaksikan Gunung
Bromo dan Gunung Batok yang bersebelahan, sementara di belakang sana
berdiri Gunung Semeru yang begitu perkasa. Memang Pananjakan adalah
tempat favorit untuk melihat keindahan ketiga gunung tersebut.

Sumber: Matahari terbit di Pananjakan

Sumber: Gunung Bromo, Batok dan Semeru dilihat dari Pananjakan
Sekitar
jam 6 pagi, kami turun menuju Bromo. Jeep berhenti di salah satu
tempat, dan perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki. Sebenarnya bisa
juga menyewa kuda untuk naik ke Bromo, namun saat itu aku memilih untuk
jalan kaki. Selama perjalanan, tak henti-hentinya para penyewa kuda
merayu pengunjung untuk naik kuda. Perjalanan melalui hamparan pasir
yang datar, kemudian berganti melalui bukit pasir yang mulai menanjak.
Nafasku mulai tersengal, namun aku tetap berjalan kaki dan menolak
bujukan para penyewa kuda.
Tiba
di kaki Bromo, pengunjung harus berjalan naik melalu beberapa anak
tangga menuju puncak atau kawah. Beberapa kali aku terpaksa berhenti
beristirahat dan mengatur nafas. Rupanya faktor U (usia) tidak bisa
dibohongi, selain faktor P (perut) yang memang menambah berat perjuangan
menuju atas. Rasa lelah dan nafas yang terengah, akhirnya berganti
dengan kegembiraan ketika sampai di puncak Bromo.

Sumber: Kuda sewaan menuju Bromo

Sumber: Anak-anak tangga menuju puncak Bromo

Sumber: Kawah Bromo
Puas
menikmati pemandangan di tepi kawah, aku pun turun menuju tempat parkir
jeep. Perjalanan dilanjutkan menuju savana atau padang rumput yang
berada di balik Bromo dari tempat jeep tersebut. Sekitar 10 menit
berjalan memutari Bromo, akhirnya sampai di savana luas yang hijau
menyegarkan mata. Angin yang sepoi pun menambah kesegaran suasana.

Sumber: Savana Bromo

Sumber: Savana Bromo
Dari
savana, perjalanan dilanjutkan menuju sebuah tempat yang dinamakan
Pasir Berbisik. Dinamakan demikian karena tempat ini pernah dipakai
untuk syuting film berjudul Pasir Berbisik yang dibintangi Christine
Hakim. Butuh waktu tak sampai 5 menit menuju ke Pasir Berbisik. Di
tempat ini, lautan pasir terhampar luas. Di ujung sana, tampak Bromo dan
Batok berdiri bersebelahan. Pasir Berbisik menjadi tempat kunjungan
terakhir hari itu, dan kami menuju ke penginapan di Cemoro Lawang untuk
selanjutnya turun menuju Probolinggo.

Sumber: Di Pasir Berbisik

Sumber: Pasir Berbisik
Inilah
cerita saat kunjungan singkatku ke Bromo minggu lalu. Sebuah keindahan
Indonesia yang membuatku bangga dengan kekayaan tanah airku!